SINAR KALIGA: Sinergi Inovasi dan Aksi Reformasi Melalui Komunitas Orbit Ilmu dan Website di SD Negeri Kaligangsa 3
Oleh : Lisa Andriani,S.Pd.M.Pd.
Pendidikan memiliki peran strategis dalam membentuk masa depan bangsa. Di era abad ke-21, sekolah tidak hanya dituntut mencetak lulusan yang unggul secara akademik, tetapi juga individu yang memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, serta literasi digital yang kuat. SD Negeri Kaligangsa Kota Tegal, merespons tantangan ini dengan kesadaran bahwa percepatan peningkatan kualitas pembelajaran harus mencakup perbaikan menyeluruh pada proses dan ekosistem pendidikan, bukan sekadar pada isi kurikulum.
Berdasarkan Rapor Pendidikan tahun 2024, ada penurunan kualitas pembelajaran sebesar 7,57 poin—dari 64,25 pada 2023 menjadi 56,68. Penurunan ini dipicu oleh sejumlah indikator krusial, di antaranya lemahnya manajemen kelas, kurangnya dukungan psikologis, metode pembelajaran yang belum optimal, serta minimnya refleksi dan pengembangan profesional guru. Temuan ini menegaskan perlunya intervensi yang strategis, sistematis, dan berkelanjutan.
Salah satu tantangan utama adalah rendahnya pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran. Belum tersedianya fasilitas digital seperti chromebook dan laboratorium komputer. Jaringan internet belum memadai, keterampilan guru dalam integrasi TIK masih terbatas, dan belum terbentuknya komunitas belajar guru yang aktif dan kolaboratif. Akibatnya, pembelajaran cenderung monoton dan kurang kontekstual bagi murid Generasi Z dan Alpha yang sangat akrab dengan dunia digital.Kualitas pembelajaran pun menurun.
Identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa partisipasi guru dalam komunitas belajar internal masih rendah, dan website sekolah belum dimaksimalkan sebagai sarana komunikasi edukatif dan pembelajaran digital. Hal ini berdampak pada lambatnya inovasi pembelajaran dan rendahnya keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan. Sejalan dengan pandangan Suyanto (2021) bahwa komunitas belajar adalah kunci pengembangan profesionalisme guru yang berkelanjutan, serta pernyataan Nasution (2023) bahwa website sekolah harus menjadi instrumen reformasi pembelajaran dan pusat interaksi digital, diperlukan pendekatan baru yang lebih adaptif dan kolaboratif.
Menjawab tantangan tersebut, Penulis meluncurkan sebuah program inovatif bertajuk SINAR KALIGA – Sinergi Inovasi dan Aksi Reformasi melalui Komunitas Orbit Ilmu dan Website Sekolah. Program ini mengandalkan dua pilar utama: pembentukan Komunitas Orbit Ilmu sebagai ruang kolaboratif antar-guru dalam merancang metode pembelajaran kreatif, dan pengembangan website sekolah sebagai media komunikasi, transparansi informasi, serta sarana edukatif bagi publik. SINAR KALIGA bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui sinergi antar pendidik dalam komunitas belajar yang aktif dan reflektif, mendorong inovasi pembelajaran yang berdampak langsung pada peningkatan hasil belajar murid, mengintegrasikan pemanfaatan website sekolah sebagai media literasi digital, dokumentasi pembelajaran, dan alat transformasi pendidikan, membangun budaya kolaboratif, digital, dan reflektif di lingkungan sekolah, mendorong transparansi dan akuntabilitas sekolah melalui keterbukaan informasi yang terstruktur dan sistematis. Program ini telah menciptakan ekosistem belajar yang lebih inklusif, adaptif, dan kolaboratif.
SINAR KALIGA melibatkan semua pihak. Guru menjadi penggerak utama yang merancang materi, membagikan praktik baik, dan mengelola konten digital. Murid dilibatkan aktif sebagai penerima manfaat dan kontributor komunitas, sementara kepala sekolah memfasilitasi budaya inovatif dan kebijakan pendukung. Peran orang tua dan komite sekolah pun ditingkatkan untuk mendukung pembelajaran dan menjembatani komunikasi antara sekolah dan masyarakat. Bahkan, dukungan eksternal seperti praktisi pendidikan dan pemerintah daerah turut berkontribusi dalam memperkuat dampak program ini. Namun, pelaksanaan SINAR KALIGA tidak tanpa tantangan. Keterbatasan infrastruktur teknologi, akses internet yang belum merata, serta perbedaan tingkat literasi digital antar guru menjadi hambatan tersendiri. Meski demikian, semangat kolaborasi antar pemangku kepentingan membuat program ini tetap berjalan dengan komitmen yang tinggi. Pelaksanaan dimulai dari perencanaan berbasis data, yang melibatkan kepala sekolah, guru, tim IT, komite, dan orang tua. Rencana aksi disusun secara partisipatif melalui diskusi kelompok terfokus dan refleksi kebutuhan riil sekolah. Website sekolah dirancang user-friendly, informatif, dan responsif, dengan konten yang diperbarui rutin, seperti pengumuman, materi pembelajaran, dan prestasi siswa. Website juga terintegrasi dengan media sosial sekolah untuk menjangkau khalayak lebih luas.
Pengembangan program ke depan meliputi perluasan jaringan komunitas Orbit Ilmu lintas sekolah, integrasi fitur e-learning dalam website sekolah, serta peningkatan literasi digital bagi guru, siswa, dan orang tua melalui pelatihan rutin. Dukungan dari Dinas Pendidikan, komite sekolah, orang tua, dan mitra profesional sangat dibutuhkan, khususnya dalam hal regulasi, pendampingan teknis, dan penyediaan infrastruktur digital yang memadai.
Agar pelaksanaan program tetap relevan dan efektif, evaluasi berkelanjutan harus menjadi bagian integral dari pengembangan. Hal ini dapat dilakukan melalui pemantauan indikator kinerja utama, survei kepuasan pengguna, serta penilaian tiap semester oleh tim pengembang sekolah. Dengan pendekatan yang inklusif dan berbasis komunitas, SINAR KALIGA menjadi contoh nyata bagaimana sekolah dapat menjadi motor penggerak perubahan dalam ekosistem pendidikan di era digital.
Evaluasi dilakukan melalui observasi, wawancara, analisis data digital, serta refleksi kolektif. Hasilnya menunjukkan peningkatan nilai mutu pembelajaran sebesar 0,32 poin dalam Rapor Pendidikan 2025. Suasana kelas menjadi lebih kondusif, interaksi guru-murid lebih aktif, serta kolaborasi antar guru dan orang tua meningkat. Meski masih ada tantangan, terutama pada literasi digital guru senior dan siswa kelas bawah, capaian program menunjukkan arah yang positif.
Refleksi dari pelaksanaan SINAR KALIGA menunjukkan bahwa program ini bukan sekadar intervensi teknis, melainkan transformasi budaya belajar yang bertumpu pada kebutuhan nyata warga sekolah. Inovasi yang tumbuh dari komunitas, bukan instruksi semata, menjadikan perubahan lebih berkelanjutan. Keterbukaan informasi melalui website dan semangat kolaboratif di Komunitas Orbit Ilmu telah menjadi kekuatan utama untuk menciptakan pembelajaran yang relevan dengan semangat Kurikulum Merdeka: kontekstual, kolaboratif, dan berdiferensiasi. SINAR KALIGA membuktikan bahwa sinergi dan partisipasi aktif dapat mendorong reformasi pendidikan yang bermakna dan berdampak jangka panjang. SD Negeri Kaligangsa 3 kini tak hanya bangkit, tapi juga menjadi inspirasi perubahan pendidikan di tengah tantangan zaman.
Bismillah , smoga SINAR KALIGA semakin bersinar menuju transformasi pendidikan yang semakin maju di SDN Kaligangsa 3, yang diharapkan dapat menyebar ke segala penjuru.